Mesin Pencari

Program ramalan gratis tentang Cinta, Karir dan Keberuntungan di blog ini sudah di tutup.

Malaysia Klaim Tari Pendet Sebagai Tarian Tradisional

Tari Pendet

image source : http://ikhsanamq.files.wordpress.com/2009/04/tari-pendet.jpg


Akhir-akhir ini santer terdengar berita Malaysia mengklaim tari pendet sebagai tarian tradisional Malaysia. Padahal jelas-jelas tari pendet merupakan tarian tradisional Indonesia sejak ratusan bahkan mungkin ribuan tahun yang lalu. Tari pendet pada awalnya merupakan tarian pemujaan yang sering diperagakan di pura. Tari pendet melambangkan turunnya Dewata. Seiring perkembangan kebudayaan, para budayawan Bali bersama Presiden Soekarno mensekulerkan tari pendet menjadi budaya nasional / tarian nasional. Sungguh mengejutkan ketika Malaysia manayangkan tari pendet dalam promosi tour Malaysia. Para budayawan Indonesia khususnya budayawan Bali tentu saja mengecam tindakan Malaysia ini. Para budayawan Bali mengatakan, mereka tidak marah tari Pendet di tarikan oleh siapa saja, asalkan ada label bahwa tarian tersebut berasal dari Bali Indonesia. Nah, yang dilakukan Malaysia ini agak berlebihan, karena Malaysia menayangkan tari pendet tanpa mencantumkan label Bali atau Indonesia. Akankah Malaysia mengklaim tari pendet sebagai tarian tradisional Malaysia seperti Malaysia mengklaim tari Reog beberapa waktu lalu?.

Terlepas dari tari pendet yang sekarang sedang kita pertahankan dari tangan jahil negara tetangga, kok sekarang saya jarang melihat pertunjukan wayang kulit ya. Dalang di desaku harus memutar setir untuk menafkahi keluarganya. Masyarakat tak lagi antusias menonton pertunjukan wayang kulit, mereka lebih suka menonton Film Hollywood dan Film Bollywood dari pada menonton Film R.A. Kartini. Mereka lebih suka melihat video kamar mandi dari pada menonton pertunjukan tradisional. Kalau begini terus, Indonesia akan kehilangan ketradisionalannya. Jadi ingat tentang postingan they are singing Bengawan Solo. Memang mencintai bangsa sendiri secara berlebihan juga akan menciptakan seorang Hitler, tapi tidak mencintai kebudayaan bangsa sendiri akan membuat kita ngiler setelah negara lain mengklaim kebudayaan kita.

Kita lebih suka makan mie instant dan makanan cepat saji dari pada makan tempe, akhirnya tempe dipatenkan Jepang dan Australia. Kita lebih suka minum arak campur metanol sehingga jamu tradisional sebentar lagi akan menjadi milik Thailand. Jangan-jangan sambel tlenjeng juga sebentar lagi diklaim negara lain. Kita lebih suka memakai baju sambil pamer ketek dan paha ketimbang memakai batik. Kita lebih suka mendaki gunung Everest ketimbang mendaki gunung Slamet. Kita lebih suka menonton Mr. Bean dari pada mendengarkan dagelan Peang Penjol. Orang kaya lebih suka pergi ke luar negeri untuk mengisi liburan ketimbang touring ke pulau Komodo. Jika kita seperti ini terus bukan tidak mungkin kita harus membayar mahal hanya untuk menonton kebudayaan kita sendiri, bukan tidak mungkin kita harus membayar mahal untuk memakan makanan tradisional kita. Pemerintah harus sigap dan cekatan menginventarisasi segala kebudayaan dan kekayaan negara. Jangan sampai kekayaan negara kita di rampok terang-terangan oleh negara lain, dan kita tak bisa berkutik. Belum selesai Sengketa Ambalat datang lagi masalah baru.

Tentu saja pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Kita semua perlu memberikan apresiasi terhadap kebudayaan kita. Media masa dan media elektronik juga memiliki peranan yang sangat besar untuk mengenalkan budaya kita. Bukan hanya berisi acara gosip dan film-film yang mengajarkan budaya yang mungkin kurang pas diterapkan di negara kita. Betapa gencarnya pemberitaan infotainment ketika Michael Jackson meninggal dunia bahkan sampai sekarang pemberitaan itu masih saja berlangsung tentang Michael Jackson Gentayangan, tapi hal demikian tidak terjadi ketika budayawan besar kita Si Burung Merak terbang ke Surga. Benarkah media lebih memprioritaskan bisnis dalam menyajikan informasi, bisakah berubah?. Bahkan film-film nasional seperti Janur Kuning, Serangan Umum 1 Maret tak pernah lagi diputar di TV pada perayaan hari kemerdekaan. Hmm, mengembalikan jati diri bangsa hanya sekedar konsep dan kontes. Kalau bukan kita yang mencintai kebudayaan negeri ini, siapa lagi?. Sholat tarawih yuuk.

Cetak Halaman Ini

Baca Juga



28 comments:

gooddell said...

dasar malingsia sembrang klaim aja..
http://gooddell.blogspot.com/

mama hilda said...

iki nulise ngebut yo, kuatir ketinggalan jama'ah tarawih ta kang? xixixixi..
Meskipun gitu kita ndak boleh cepat terprovokasi dengan pemberitaan tersebut lho, puasa-puasa pamali kalo kita gampang tersulut emosinya.

kakve-santi said...

malaisia sumber :

kekerasan : masalah TKI
teroris : Nurdin M top
tukang kibul : klaim-klaim gak penting!

Cebong Ipiet said...

whehehhee ayuuk mas, wes rampung ki mau tarawih e biasa bareng si anak kecil itu
perlu kerjasama semua pihak
tapi tentu saja tanggung jawab pemerintah yg paling besar...apa gunanya departemen departemen kementrian itu
dan saya yakin masyarakat bali pun sangat mensucikan tari pendet
ibaratnya Creative Common License dalam sebuah karya, memang bukan hukum yang mengikat, tetapi berdasarkan respect. Tanpa perlu ada dasar hukum pun, kalau bangsa itu punya tata krama sopan santun, ga akan mengembat apa yg sudah terlebih dahulu dikenal berasal dari negara lain

sejak kapan si mereka berkemben xixiixix kok tiba tiba ngaku ngaku

LendraAndrian said...

wah solusinya bagaimana donk,, kalo budaya kita di klaim miliknya oleh negara lain satu persatu?? hehe

ernut said...

saya memang agak heran dengan malaysia...sebenarnya kaluk ditanya baik-baik apa maksudnya jawabnya apa sih?

Pasang Iklan Gratis said...

Iya benar sekali, semua kebudayaan negara ini sudah sebagian besar banyak yang mau punah,
tapi kalo di desa saya, setiap tahun pasti ada acara Wayang Kulit, karena itu juga sudah budaya di desa saya, yang merupakan acara bersih desa.
terima kasih artikelnya. kita harus bisa mengembalikan jati diri bangsa!
Kenali dan kunjungi objek wisata di pandeglang

Unknown said...

Menurut berita yang saya baca, Malaysia tuh bikin iklan yang mengatakan seolah-olah begini, "Datanglah ke Malaysia dan saksikan Tari Pendet". Yang menarikan ini adalah orang-orang Bali yang memang bermukim di Malaysia. Saya nggak ngerti apakah yang ini termasuk penjiplakan atau tidak.

vie_three said...

malaysia telah menjajah indonesia secara diam-diam.... ini harus tegas, hampir semua kebudayaan kita diklaim malaysia. dilihat2 secara halus malaysia ini telah menjajah Negara kita, Negara Indonesia..... Sungguh tak disangka dan tak dinyana, negeri tetangga bisa melakukan hal seperti itu.

fajar said...

Sebenarnya kemana ya selama ini kita..baru ketika orang lain mengaku kita opyak....tul nggak kang..

casual cutie said...

wah..gimana ga dipatenkan negara laen, jaman sekarang masyarakat indonesia sendiri agaknya kurang berminat dengan budayanya sendiri. jalan-jalan harus keluar negri, makan harus kebarat-baratan, dll.

waroeng ubuntu said...

selanjutnya agar ga kecolongan semua kekayaan indonesia langsung dipatenkan saja :)

Dedot said...

saya asli bali,dari kecil sudah sangat terbiasa liat temen2 nari terutama tari pendet.
tetangga kita amat sangat arogan.
kalo wayang kulit dibali malah masi tetep exist ada beberapa sanggar wayang kulit yg terkenal dibali terutama wayang cemblong,sangat lucu.
mari lestarikan budaya yg kita punya

Raja Tak Bertahta said...

Salam kenal kang...^^

Aku setuju banget tu ma pendapatnya akang.
Kenapa kita justru lebih kebarat-baratan dari pada orang barat?
Kenapa kita harus rela mengorbankan semuanya demi mendapatkan satu predikat "GAUL"?
Tanpa disadari kita telah mempunyai budaya baru dan telah rela meninggalkan budaya luhur bangsa kit.
Kita telah menciptakan budaya baru yang telah merasuki tatanan nilai kita.
Budaya itu adalah "LATAH".

fashion and style said...

selamat siang Bang...sekedar menyapa aja nih....

Wongdeso said...

Coba kalau kita membudayakan mengklaim budaya negara lain ... pasti dapat royaltinya ... lebih besar ... wkwkwkwkwkw

Admin said...

@goddel : Iya tuh, mungkin karena banyaknya warga Indonesia yang tinggal disana ya sob

@mama hilda : Iya Mam, saya yakin ada udang dibalik bakwan ulah Malaysia Mam.

@kakve-santi : Bener juga ya, Noordin dan Ashari dari sana ya :)

@cebong ipiet : Bener banget tuh, kayaknya g pernah liat mereka pake kemben ya Mbak :)

@LendraAndrian : Bingung juga nih Dri, harus ada kerja sama pemerintah dan masyarakat dalam mengelola kebudayaan kita.

@Ernut : G tahu dech Mba Er, udah sering banget Malaysia bikin provokasi2 kayak gini

@Casual Cute : Bener sob, kita lupa pada budaya sendiri ya.

@Kerja Keras : Emang tinggalnya di mana sob? Di desaku udah g ada wayang sekarang :(

@Vicky Laurentia : Entahlah Vick, yang jelas, Malaysia sudah menggunakan tarian kita tanpa ijin, melanggar etika.

@Vie Three : Soalnya dia ada backingannya Fit :(

@Mas Fajar : Emang kadang2 gitu, setelah kehilangan baru teriak2 hmm...

@Warung Ubuntu : Dipatenkan dan juga dirawat ya sob

@Dedot : Wah, dari Bali toh, pasti tau betul tentang sejarah Pendet. Malaysia emang bener2 deh.

@Raja Tak Bertahta : Begitulah sob, kita emang latah.

Anonymous said...

Ada ada saja ya negara tetangga sebelah kita itu...

Kata adik saya sih mereka itu kekurangan kebudayaan, jadi mau ekspor budaya orang lain, setelah budaya amerika.

Admin said...

@ Wong Deso : Emang bener2 dah itu Malay, batik diklaim, reog, wayang, raflesia, rasa sayange, pendet duh duh...

@ Qori : Bener, Malaysia memang kurang kebudayaan, jadi harus mencuri kebudayaan negara lain. Yang lebih parah, Bahasa Indonesia juga akan diklaim sebagai Bahasa Malaysia.

Anonymous said...

@kalau kitu larang keluarga kita untuk menonton Ipin dan Upin,,,mari nonton Unyil saja dibulan puasa ini.

Make Money with Google Adsense - No Cost! said...

Nggak aneh kang! Apa aja di klaim. Dari Gado-gado ampe pulo ya di cliam juga hehee...

Balik ngeblog maning inyong kang,..
wingi2 agi mandan down hehee

Tikno said...

Saya dengar berita di TV bahwa Presiden SBY sudah menanggapi hal ini.

Diluar topik:
Mas Seno, saya ada posting tentang gelar Bachelor lulusan perguruan tinggi dari Australia disetarakan ijazahnya dengan gelar D-3 oleh Dirjen Dikti. Bagaimana pendapat Mas Seno yang saya tahu juga terlibat dalam dunia pendidikan

Menulis SEO said...

Demam kang,..sampe semingguan,..puasa lancar ya kang?

abang said...

Pemerintah jangan basa basi lagi ..kerahkan pasukan masuk ke Malaysia .. gitu lebih bagus ya Sen ..*asal aja he3

masDan said...

Sayah Menggarisbawahi kata Kata Mas Seno yang ": Pemerintah Ndak Bisa Kerja Sendirian" ... Sayah Setujuh Sekali ....

mengembalikan jati diri bangsa said...

ini memang kesalahan kita juga, kenapa pula kita mempatentkan semua kebudayaan kita. memang butuh biaya besar untuk itu, namun untuk melestarikan sebuah budaya bangsa, hal itu mutlak dilakukan
regard

nara said...

wih rame pada pendetan semua :D

baru liat dari dashboard ada link masuk kang :D maklum agak jarang di personal.. masih sibuk :)

tari pendet dan mengembalikan jati diri bangsa.. oww.. klop nie :D

komennya si cebong yang paling mengena :)

Daniel DPK said...

saya pikir saatnya kita sama-sama berpikir jernih dan lebih mendalam dalam menyikapi konflik ini..jangan saling terbawa emosi dengan artikel dan komentar-komentar yang ada dalam berbagai media,forum,dan blog..satu hal yang pasti : ADA YANG DIUNTUNGKAN DARI PERTIKAIAN INDONESIA-MALAYSIA..jadi menjadi tanggung jawab kita bersama untuk lebih memahami kasus ini lebih jernih!!!

SEDIKIT OPINI YANG MUNGKIN BISA KITA RENUNGKAN SEJENAK DALAM MENYIKAPI KASUS INI..
Pihak Ketiga dalam Konflik Indonesia Malaysia

Post a Comment

Terima kasih telah meninggalkan komentar. Secepatnya akan saya balas komentar Anda. Salam hangat.

SMS Gateway is a program to manipulate SMS from your customer. It can be auto reply, scheduled broadcast and unscheduled broadcast. SMS gateway accelerating process incoming and outgoing information in your business and increase customer satisfaction. Your business need SMS Gateway program? Phone : 0815 100 932 90 Email : anaprivatku@gmail.com

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

 
---- Java Coffee. Green World Blogger Template---- © Template Design by Herro