Apa yang sering kita lihat ketika menonton bola adalah supporter yang mengamuk karena para pesertanya yang tak dapat menerima kekalahan tim yang didukungnya. Sepak terjang para pemain yang juga sering bersikap provokatif makin membakar emosi para supporter untuk meluapkan emosi dengan menghancurkan apa saja yang di dekatnya. Melempari rumah, memecahkan kaca mobil, membakar stadion bahkan sampai mengeroyok orang yang menggunakan kaos yang warnanya sama dengan warna kostum tim lawan. Wasit yang seharusnya bertindak adil dan tidak memihak juga terkadang sering salah mengambil keputusan, hal ini juga menjadi bahan bakar yang menyulut amarah supporter. Sementara supporter juga yang seharusnya bisa menerima kekalahan tim yang didukungnya dan juga menerima apapun keputusan wasit, sering bertindak berlebihan, menang ribut apalagi kalah. Akhirnya pertandingan beberapa kali harus berlangsung tanpa penonton di stadion. Bapak Yusup Murdjito pernah berkata, saya mau nonton tinju, padahal yang akan beliau tonton adalah pertandingan sepak bola. Apakah PSSI kurang tegas dalam memberikan sanksi buat tim yang melanggar aturan main sehingga sampai sekarang kerusuhan di berbagai even persepakbolaan Indonesia masih saja terjadi.
Sepak bola dan politik memang dua hal yang berbeda tapi dalam beberapa segi ada beberapa hal yang mirip. Para pemain politik di Indonesia juga sering bertindak provokatif dengan menjelek-jelekkan kompetitornya lewat media, baik melalui iklan maupun melalui pidato-pidatonya. Keributan antar simpatisan partai juga sering terjadi pada saat kampanye, entah dibayar berapa mereka sampai sedemikian pembelaannya untuk partai yang dibelanya. Parah lagi ribut intern simpatisan partai, kalau yang ini saya tidak tahu persis masalahnya, wong satu partai kok saling tonjok. Panwaslu? Ah, samakah dengan wasit?. Entahlah, sampai sekarang saya tidak mengetahui apa pekerjaan utama lembaga ini. Buktinya tak pernah ada kartu kuning, apalagi kartu merah buat para pemain politik yang jelas-jelas melakukan pelanggaran. Baik yang mencuri start kampanye, ada juga yang bagi-bagi uang, ada yang bagi-bagi sarung. Ketidakjelasan rule of the game serta banyaknya makna ambigu dari peraturan sering dijadikan senjata untuk menutupi pelanggaran.
Tapi apapun, itulah kita yang kini sedang belajar untuk menjadi supporter yang baik, untuk menjadi pemain yang taktis, untuk menjadi wasit yang jeli dan adil, untuk pelatih yang bisa menentukan strategi jitu baik untuk bertahan maupun untuk menyerang. Strategi?, jadi ingat tentang keamanan negara kita. Entah strategi apa yang sedang kita terapkan saat ini, bertahan tidak menyerang juga tidak tapi kok tentaranya pada berguguran. Dalam dua bulan sudah setengah lusin pesawat milik TNI yang jatuh dan menewaskan tentara kita. Jumlah korban tewas dari kecelakaan pesawat dalam 2 bulan mencapai ratusan. Dan sebagian besar adalah tentara. Jumlah yang cukup tinggi untuk negara yang sedang tidak berperang. Kalau sudah begini, semua saling mencari kambing hitam. Dana TNI yang hanya 1/4 dari kebutuhan dijadikan wakil rakyat sebagai senjata untuk menjatuhkan pemerintah, pemerintah bertahan dengan mengatakan kenapa dulu anggaran yang cuma 1/4 dari kebutuhan total itu disetujui DPR. Untuk mengurangi kecelakaan pesawat, ada instruksi dari presiden untuk mengurangi penerbangan pesawat TNI untuk hal yang tidak perlu. Memang selama ini pesawat TNI sering terbang untuk tujuan yang tidak seharusnya ya? Mungkin iya, pernah ada helikopter milik TNI yang jatuh dan salah satu korbannya adalah warga Singapura, kok bisa?. Kecelakaan pesawat herkules di Jawa Timur juga sebagian besar warga sipil, kok bisa? Lagi-lagi saya hanya bisa berkata entahlah.
Wah, udah jauh banget ngomongin sepak bolanya. Gini aja, selamat buat Persipura yang menjadi juara Liga Super. Dengan kemenangan ini, Persipura berhak mewakili Indonesia dalam Liga Champion Asia.
Cetak Halaman Ini
Cupu Kyai Panjala 2024
4 weeks ago
10 comments:
politik itu kejam serperti lagu iwan fals :D
hehehhee posting borongan topike macem macem mas
iya..nih, pesawat TNI jatuh mulu ya??? gimana mau "perang" lawan negeri tetangga, ntar ditembak aja belum, dah jatuh duluan :-p
upss.....
Wasite Sapa Yahhhhh....? Bawaslu? Mandul. Panwaslu? Juga mandul. Buktinya setip yang diduga memuat unsur pelanggaran tidak disemprit; kalaupun disemprit tidak sampai kena Kartu Kuning.
tapi ada baiknya ya kang, sebelum pemilihan bisa main bola dulu hhee,.pagi nih! baru nyampe kerjaan...
nah gitu klo pemimpinnya lagi sibuk kampanye. gak mikirin yang lain. mikirin diri sendiri aja.
wedew, maap br mampir kang, br sempet onlen..walah ada jg kampanye bola yah..pst dah MU lawan indonesia all setar nie...heheheh
Agi ngapain kang? salse ora rika?
Ah, Politik Politik ..... Cantik Nian DIkau ..
politik memang indah dilihat, tapi jika sampai memakan banyak korban..., ya orang gila ajalah yang suka jadinya... kekekeke
Post a Comment
Terima kasih telah meninggalkan komentar. Secepatnya akan saya balas komentar Anda. Salam hangat.