Penambangan Batu Bara Sawahlunto Meledak 34 Tewas

Penambangan Batu Bara Sawah Lunto Meledak

Penambangan batu bara di daerah Sawah Lunto, Sumatra Barat, meledak. Meledaknya penambangan batu bara ini diperkirakan oleh gas metana yang terbakar. Data terbaru korban tewas tragedi Sawahlunto menurut berita di TV One sampai saat ini sudah mencapai 34 orang dan belasan lainnya masih terperangkap dalam lubang tambang. Tambang batu bara milik PT Dasrat Palawi meledak pada hari Selasa pukul 10.35 wib. Lokasi penambangan yang terletak di bawah tanah memang beresiko tinggi jika dibandingkan dengan penambangan darat. Oleh karena itu aturan penambangan bawah tanah harus dilakukan dengan standar operasional yang ketat.

Gas Methana

Kemungkinan penyebab meledaknya tambang batubara di Sawah Lunto adalah karena methana (CH4, bahan utama methanol). Methana adalah hidrokarbon yang sangat mudah terbakar, dalam keadaan STP methana berwujud gas. Dalam terowongan tambang batu bara biasanya banyak terdapat gas methana, untuk mengurangi resiko meledak, ventilasi terowongan harus didesain untuk memungkinkan gas ini keluar dengan volume yang pas. Jika ventilasi kurang baik, dan ada pemicu misalnya percikan api baik dari rokok, atau dari gesekan dua logam maka dengan mudah gas methana akan terbakar. Reaksi terbakarnya methana berlangsung sangat cepat, sehingga akan menimbulkan ledakan yang dahsyat dengan panas yang tinggi.

Kita sering melihat methana, bahkan mungkin kita semua pernah memakainya untuk keperluan memasak. Gas methana yang dicairkan disebut dengan Gas Alam Cair / Liquid Petroleum Gas (LPG : elpiji) dan digunakan untuk keperluan industri dan rumah tangga. Jika ada percikan api sedikit saja, gas ini dengan sangat cepat akan terbakar. Bahkan di Australia, ribuan hektar hutan terbakar karena methana terbakar karena panas matahari. Tentang bahaya methana dapat dibaca di artikel tentang global warming.

Lebih 1000 Orang Meninggal

Menurut berita di TV One, sejak tahun 1997, sudah 1000 orang lebih yang meninggal akibat kecelakaan yang terjadi di daerah penambangan. Hal ini dipicu oleh reformasi yang memudahkan daerah untuk mengelola kekayaannya sendiri. Namun, terkadang dalam melakukan penambangan mereka tidak mengikuti SOP (Standard Operational Procedure), sehingga kecelakaan terus terjadi.

Cetak Halaman Ini

Baca Juga