Mesin Pencari

Program ramalan gratis tentang Cinta, Karir dan Keberuntungan di blog ini sudah di tutup.

Aplikasi Eliminasi Substitusi Di Negeri Bangkit

Akhir-akhir ini kita melihat banyak yang mengaplikasikan eliminasi dan substitusi untuk menguntungkan pribadi dan golongan tanpa mempedulikan rasa keadilan dan kemashlahatan orang banyak. Akibat aplikasi eliminasi dan substitusi ini banyak terdapat kejanggalan-kejanggalan yang terjadi di negeri ini. Kejanggalan tentang persepakbolaan kita, kejanggalan tentang kasus-kasus korupsi dan bidang hukum lainnya, kejanggalan pada masyarakat kita yang berbhineka tunggal ika tetapi saling menghancurkan bahkan saling bunuh, kejanggaan pada kesuburan ibu pertiwi tetapi rakyatnya banyak yang busung lapar. Masih banyak kejanggalan-kejanggalan dan keanehan-keanehan di negeri ini yang hanya bisa saya renungkan dan tidak lebih, karena memang baru itu dayaku.

Di saat saya mulai mencintai sepakbola dalam negeri, ada pengeliminasian pemain timnas dengan mensyaratkan hal-hal yang sebenarnya tidak prinsip. Pemain sekelas Irfan Bachdim pun harus tereliminasi oleh kepentingan mereka, bukan kepentinganku. Betapa aturan sedemikian mudah untuk dirubah, bukankah pemain timnas yang berusia kurang dari 23 tahun yang sudah membela Indonesia di ajang piala AFF otomatis masuk timnas U23 ?. Kita tunggu saja.

Aneh lagi kasus Gayung Tabungan, bahkan rajanya pengacara yang konon ingin mengungkap mafia pajak dan mafia hukum dipermalukan oleh ulahnya. Gayung sering kali membolak-balikkan perkataannya atau mungkin disuruh untuk menbolak-balikkan perkataannya oleh para mafia. 151 perusahaan yang konon pernah ditangani Gayung, dieliminasi hanya menjadi 40 perusahaan saja, dan kabar paling baru dari 40 perusahaan itu di eliminasi lagi menjadi NOLLLL perusahaan. Kasus-kasus yang melibatkan uang puluhan bahkan ratusan Milyard disubstitusi dengan kasus yang bernilai ratusan juta. Terakhir kasus Gayung dilimpahkan ke KPK, tetapi mengingat banyak sekali mafia yang harus melindungi Gayung ini maka .... kita tunggu saja.

Ulah para mafia hukum dan mafia pajak ini membuat miskin bangsa Indonesia. Angka kemiskinan terus naik, naik, naik meskipun mereka bilang turun, dan turun. Entah apa indikator kemiskinan yang dipakai. Konon orang yang berpenghasilan 200 ribu per bulan di kategorikan bukan warga miskin. Jika mata uangnya bukan rupiah mungkin iya. Tetapi ini Indonesia, yang saya ketahui bermata uang rupiah. Lalu bagaimana mereka bisa makan sebulan dengan penghasilan 200ribu? Mereka harus mengeliminasi berbagai kebutuhan pokok untuk tetap bisa bertahan hidup. Bagaimana mereka bisa menyekolahkan anak-anaknya, MIMPIIIII? Bagaimana ....... kita jangan menunggu. Ayo, tanam cabai, ayo tanam tongkat dan kayu, bukankan tanah kita subur??? Tapi mau di tanam di mana???

Punya uang maka bisa berbuat segalanya. Lihat saja kasus di Surabaya, seorang terpidana ternyata bukan hanya bisa jalan-jalan semaunya kemana saja, tetapi bisa juga di substitusi dengan orang yang mau dibayar dengan sejumlah uang. Aneh gak sih, ah biasa saja. Tidak usah ditunggu.

Mungkin akibat menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap para penegak hukum, mereka dengan mudah saling bunuh sesama saudara. Bhineka Tunggal Ika yang dicengkeram erat oleh cakar Garuda sepertinya hanya lambang tanpa makna. Masyarakat dengan mudah terprovokasi sehingga perang antar suku, perang antar agama sekarang seperti menjadi headline akhir-akhir ini. Konon para menteri terkait sedang berkoordinasi untuk meninjau SKB 3 menteri. Kita tunggu saja. Kita tunggu saja. Kita tunggu saja.


Cetak Halaman Ini

Read more »»
SMS Gateway is a program to manipulate SMS from your customer. It can be auto reply, scheduled broadcast and unscheduled broadcast. SMS gateway accelerating process incoming and outgoing information in your business and increase customer satisfaction. Your business need SMS Gateway program? Phone : 0815 100 932 90 Email : anaprivatku@gmail.com

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

 
---- Java Coffee. Green World Blogger Template---- © Template Design by Herro