Mati Suri Dan Saripati

Mati suri mungkin dua kata itu tidak tepat kugunakan untuk menggambarkan semangat yang dahulu pernah menggelora mengalahkan segala bentuk intimidasi, caci, maki, ancaman, halangan rintangan baik yang datang dari dalam dan luar diri. Keyakinan yang sangat kuat sudah menghantarkanku sampai mencapai suatu titik kecil, dan ternyata baru sebutir pasir yang saya peroleh, yang akan saya gunakan untuk membangun sebuah istana yang sangat megah. Aku membutuhkan trilyunan butir lainnya. Tetapi biarlah aku menggunakan kata Mati Suri karena saya berharap semangat yang menggelora itu akan datang kembali dan membawaku terbang ke langit mencapai cita yang tergantung sudah cukup lama. Aku sudah melangkah cukup lama meninggalkan titik awalku. Meskipun yang aku dapat baru sebutir pasir tetapi itu adalah butiran pasir paling berkualitas. Bukankah dengan semangat dan keyakinan kuat tak ada yang sulit untuk dilakukan? Aku sudah membuktikannya, setidaknya untuk mendapatkan sebutir pasir di atas.

Dari detik 0 sampai detik ke 283.824.000 aku letih berjalan dan ketika menengok lagi ternyata baru bergeser sepersekian milimeter. Menengok ke belakang membuatku letih dan semakin letih, dan akhirnya aku beristirahat selama 51.840.000 sekon. Berharap mendapat asupan udara segar, makanan penuh gizi, dan energi yang melimpah. Tetapi jiwa yang sakit membuatku memuntahkan semua makanan bahkan sebelum aku menelannya. Seolah hanya ada bebatuan besar yang menghadang jalan, menggelinding berlawanan dengan arah gerak langkahku. Aku tidak bisa bertahan, bahkan aku mundur beberapa langkah demi menghindari bebatuan itu, aku tak mau tergilas. Seperti itukah?

Tidak benar, bebatuan besar itu hanyalah ilusi, itu hanyalah kerikil-kerikil kecil tetapi aku melihatnya dari jarak yang sangat dekat, sehingga menghalangi seluruh medan penglihatanku. Bahkan kerikil itu tidak akan mampu melecetkan kulit ariku sekalipun. Tetapi bacaan telah membodohiku, membuatku memandangnya menggunakan lensa cembung sehingga kerikil itu mengalami perbesaran jutaan kali lebih besar. Yah, kenapa aku harus takut tergilas, bahkan ada yang kejatuhan batu meteor yang keluar dari orbit bergerak jatuh bebas dengan kecepatan yang setiap saat bertambah beraturan, tetap bisa hidup? Seharusnya aku menganggap 'remeh' setiap persoalan.

Dan akhirnya setelah ratusan juta detik mati suri tanpa mimpi, sesuatu telah membangunkan semangatku. Melangkah tidak harus cepat, tetapi jangan pernah berhenti, apapun alasannya. Jadi ingat albumnya Pak SBY, Ku Yakin Sampai Di Sana. Kamu yakin ndak? Atau kamu sudah sampai duluan?

Cetak Halaman Ini

Baca Juga