Hendra Saputra, Taruna ATKP (Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan) tewas dianiaya seniornya. Hal ini diungkapkan ibu Hendra, Ade Sri Haryani sambil terus menangis meratapi kematian putra sulungnya yang meninggal secara misterius ketika mengikuti ospek di ATKP. Menurut Sri Haryani, semula keluarga dilarang membuka peti mayat Hendra oleh pihak kampus ATKP. Namun, karena keluarga ingin mengubur mayat secara islami, maka mayat Hendra harus dimandikan kemudian dikafani sebelum dikubur. Namun, alangkah terkejutnya keluarga Hendra ketika mendapati mayat anaknya penuh dengan luka memar. Kondisi mayat Hendra sangat mengenaskan dengan berbagai luka ditubuhnya. Hidung patah, leher patah, bibir pecah, dan luka memar di punggung Hendra Saputra.
Menurut pihak kampus ATKP, Hendra dianggap gila, ia membentur-benturkan kepalanya sehingga kepalanya penuh dengan luka memar. Namun, keluarga menolak keras anggapan Hendra gila oleh pihak kampus. Hendra Saputra adalah salah satu siswa yang lolos penyaringan di ATKP dari total 50 siswa yang diterima tahun ini. Jumlah peserta yang mengikuti tes masuk ATKP mencapai 5000 peserta dan yang lolos hanya 50 dan Hendra Saputra berada diperingkat 17. Hendra Saputra juga dikenal sebagai anak yang baik dan suka bergaul, dikampungnya Hendra Saputra juga aktif dalam organisasi. Menurut keluarga Hendra, Hendra anaknya terbuka dan suka bercerita tentang pengalaman-pengalaman yang dia alami.
Ibu Hendra bercerita, kemungkinan kematian Hendra akibat dianiaya oleh Seniornya waktu SMA yang bertemu lagi di kampus ATKP. Hendra pernah bercerita kepada ibunya, ia pernah diancam seniornya (kakak kelas sewaktu SMA) ketika Hendra baru saja mendaftar di ATKP. Pernah juga Hendra Saputra tidak mau menuruti perintah seniornya waktu ospek gara-gara Hendra tidak menuruti perintah untuk balik kiri ketika baris berbaris. Tentu saja Hendra yang cerdas tidak mau menuruti perintah seniornya tersebut, karena dalam baris berbaris tidak ada balik kiri, yang ada hanya balik kanan. Namun, yang terjadi kemudian ia dimarahi oleh seniornya tersebut. Hendra juga pernah dicabut kuku jarinya karena dianggap tidak menuruti perintah seniornya.
Dunia pendidikan Indonesia kembali tercoreng oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Anehnya pihak kampus juga tertutup terhadap wartawan, dan seolah-olah ingin memendam dalam-dalam kasus kematian Hendra Saputra ini. Peraturan pemerintah yang melarang kekerasan dalam ospek tidak sepenuhnya dilaksanakan. Terutama untuk kampus-kampus yang ekslusif seperti ATKP dan STPDN. Terkadang si senior juga sering memberikan buah simalakama kepada yuniornya dalam ospek. Seperti kasus Hendra yang disuruh balik kiri ketika baris-berbaris, jika Hendra menuruti perintah seniornya, maka ia juga akan dihukum karena dianggap tidak tahu aturan baris berbaris, namun menolak perintahpun dianggap salah, karena dianggap membangkang. Sampai kapan dunia pendidikan di Indonesia jauh dari tindakan kekerasan yang tidak berperikemanusiaan seperti ini?
Cetak Halaman Ini
Cupu Kyai Panjala 2024
4 weeks ago
9 comments:
tunjukin tuh muka senior yg sok senior... dipermalukan adalah hukuman yg tepat haha
heran deh. mase musim ya nyiksa nyiksa gitu
payah
mas, menu baca juga ne sampean buwanyak buwanged tho..menuh menuhi aja xixixix (protes ae)
wah, ini kok muncul lagi kesenioritasan yang salah
harus dijaga itu, antara senior dan junior, masa sewenang-wenang
Bueh...masih jaman PKI ternyta wkekkek...harus disiksa juga tuh yang nyiksa.
HAri gini masih main kekerasan...
Ajakin ikut kontes SEO aja tuh.....
Alhamdulillah sehat, Rika kepiwe? Bener, kok sampe segitunya ya kang? kalo udah ngornanin nyawa, itu udah kelewatan..
Puasa kepriwe?
saatnya pemerintah memperbaiki sistem pendidikan bangsa ini.
Terlalu banyak buka aplikasi terkadang bisa bikin hang,...
Post a Comment
Terima kasih telah meninggalkan komentar. Secepatnya akan saya balas komentar Anda. Salam hangat.