David Malang Nasibmu Pahlawan

Hari ini pengadilan Singapura akan memutuskan kematian David murni bunuh diri ataukah karena dibunuh. Ahli forensik dari Indonesia, menyatakan kematian David adalah karena dibunuh. Sebagai orang awam juga akan mengatakan hal serupa, David mati dibunuh, bukan karena bunuh diri. Hal ini dilihat dari luka-luka yang terdapat pada tubuh David. Ada 36 luka tusukan, mampukah seseorang menusuk dirinya sendiri sebanyak 36 kali? Dua kali tusukan saja kita sudah ambruk. Bekas luka di lengan juga menunjukkan bahwa David menutupi kepalanya dari sabetan pisau, sehingga dilengannya banyak terdapat luka. Bekas luka ditelapak David juga merupakan bukti bahwa David menangkap pisau yang diarahkan kepadanya, sehingga telapak tanggannya luka. Pisau yang tidak bergagang (karena dibuang) adalah bukti penghilangan barang bukti berupa sidik jari dari pelaku pembunuhan David.

Dalam sidang tadi pagi, terdapat saksi-saksi palsu yang menguatkan David mati bunuh diri. Malang benar nasibmu pahlawan. Engkau pernah mengharumkan nama bangsa dengan memenangkan olimpiade internasional. Engkau pemuda yang cerdas. Tapi sungguh aneh, kenapa negara tak menghiraukanmu. Untuk mencoba mengungkap kasus ini, keluarga David harus menggalang dana sendiri, tanpa bantuan pemerintah. Kenapa pemerintah Indonesia seolah acuh tak acuh terhadap kasus yang menimpa pahlawannya. Seberapa takutkah para penguasa terhadap penemuan David sehingga harus membiarkannya mati terbunuh.

Kenapa orang-orang baik selalu harus dibunuh. Munir seorang pejuang yang rela mengorbankan apa saja demi HAM, hingga kini tak ada aparat yang mampu mengungkapnya. Apakah tikusnya yang terlalu pintar atau kucingnya yang terlalu bodoh. Baharudin Lopa seorang yang terkenal vokal dalam membela rakyat harus meninggal dalam lawatannya ke luar negeri. Tukul, seorang pejuang yang berjuang melalui puisinya, sampai sekarang amblas, tak ada kabarnya. Kini, David, mahasiswa yang pernah mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah dunia, harus mati tanpa kejelasan status.

Wahai para pahlawan, aku tak bisa berkata-kata lagi.

Cetak Halaman Ini

Baca Juga